Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Tuesday, October 14, 2008

Menghukum anak

Mendidik anak bukan pekerjaan mudah. Diperlukan formula yang pas antara kedisiplinan, kasih sayang, dan ketegasan. Sesekali, memeberi hukuman pada anak justru disarankan, tentu saja bukan hukuman fisik seperti pukulan atau cubitan.

Namun seringkali para orangtua dibuat keki karena sang anak merasa cuek dengan 'hukuman' itu, dan tak kunjung kapok. Bila hal ini terjadi, Anda perlu trik khusus agar hukuman kepada anak efektif.

1. Cuek
Jika dihadapkan pada masalah seperti ini, kunci utamanya adalah konsistensi. Berikan hukuman tak lebih dari 30 menit setelah dia melakukan kesalahan. Bila kebetulan tengah berada di tempat umum, berikan hukuman langsung di tempat. Di supermarket misalnya, Anda dapat menghukum anak dengan menyuruhnya duduk di dekat pintu keluar, di tempat yang agak sepi. Jika menunggu sampai tiba di rumah, berarti Anda kehilangan kesempatan untuk menghukumnya pada tempat dan waktu yang tepat.

Bila Anak masih saja cuek, jangan terbawa emosi. Anda bisa menunda memberikan hukuman itu hingga keesokan harinya, agar Anda benar-benar sudah tidak 'panas'. Jangan lupa perlihatkan sikap tegas bila anak tak memperdulikan Anda.

2. Bukan permainan
Jangan pernah lupa, gerak gerik, sikap, dan tingkah laku Anda selalu diperhatikan oleh sang buah hati. Bila Anda bersungguh-sungguh dalam memberikan hukuman, dia pun akan bersungguh-sungguh mengikuti perintah Anda. Sebaliknya jika Anda memberikan hukuman dengan sikap yang tidak tegas, si kecil akan menganggap Anda tak sedang menghukumnya.

Di sisi lain bila Anda memperlihatkan ekspresi wajah atau nada suara yang penuh dengan kemarahan, anak (terutama balita) akan menirunya. Ia berpikir dan belajar, begitulah sikap yang harus dilakukannya saat ia marah. Yang jelas, amat penting untuk memperlihatkan ekspresi tegas dan bersungguh-sungguh walaupun dia akan merajuk, mencium atau berusaha mengambil hati Anda agar terhindar dari hukuman.

3. Membangkang
Bila anak tidak mau mengikuti apa yang Anda katakan, berarti dia perlu bantuan Anda. Gandeng dia ke tempat yang sepi lalu minta dia untuk duduk diam. Bila anak menolak, perintahkan agar dia duduk dan diam. Walaupun dia berusaha berkali-kali menolak, maka Anda harus juga berusaha berkali-kali agar dia mengikuti apa yang Anda katakan.

Lakukan dengan konsisten tetapi bukan dengan cara kasar atau menghardik. Bila si kecil tidak menurut, katakan kepadanya konsekuensinya dia tidak boleh menonton acara kegemarannya di TV selama seminggu atau tidak boleh melakukan apapun yang menjadi kegemarannya.

4. Menangis dan teriak
Mendengar suara tangisan dan teriakannya, bisa membuat Anda kesal dan ingin marah. Namun demikian, bukan berarti Anda harus mengalah karenanya. Sadarilah, anak juga punya keinginan untuk protes dan marah. Nah, pada balita, bentuk protes serta perasaan marahnya bisa berupa tangisan dan teriakan. Sedapat mungkin tak usah pedulikan tangisan dan teriakannya.

Semakin Anda meminta anak diam, akan semakin keras tangisan dan teriakannya. Biasanya dengan mendiamkan dan berpura-pura tidak peduli, anak akan diam dengan sendirinya.

5.Tidak kapok
Berikan anak waktu. Bila Anda mengubah hukuman dengan pendekatan yang lain, yang mungkin terjadi adalah sikap anak malah bertambah buruk. Asal tahu saja, anak suka "mengetes" ketegasan dan ketahanan orangtuanya.

Bila kenakalan terus berlangsung, berikan lagi hukuman padanya. Gunakan teknik ini secara konsisten walaupun tampaknya tidak berpengaruh. Dan yang tak kalah penting, beri penjelasan kepadanya hingga ia mengerti.

6. Beri waktu
Hal penting yang perlu Anda ketahui, hukuman hanyalah salah satu strategi yang digunakan bila anak berbuat nakal. Misalnya, bila anak ingin bermain bola di dalam rumah, dan mainkan permainan lain di dalam rumah.

Bila dia tidak memperdulikan perkataan Anda dan tetap bermain bola di dalam rumah, katakan padanya, jika dia tidak menghentikannya, Anda akan membuang bolanya dan memintanya duduk diam serta memikirkan apa yang Anda katakan. Hal ini dapat memberinya dua pilihan sebelum Anda mejatuhkan hukuman. Biarkan anak memilih dan mengetahui konsekuensi pilihannya. Begitu anak terlihat tenang, Anda tak perlu lagi memberikan hukuman.

(Sumber : Suara Merdeka)

No comments:

Post a Comment